Selasa, 17 Februari 2009

For my future

Jakarta 18 Feb 2009

Everything that I do now, I do it for my future exactly. I like english since I was child, so I went to the course for 4 years until I get advance level. I'm very satisfied that i can get thru to this level and not in a short time. It needs a strugle to get this.
Now I like Japanese, so what I do now is, I go to Japanese course to learn this language. I know it is not easy to learn this language since many kind of letter that have to be remember.
I really thankful for my father who already give me a very good education for my life. He sent me to take the english course and also sent me to university to get my bachelor. It was because of him.
And now, I already work and independent in financial. So I decide to learn more about my study and continue it to master degree. Hope that I can accomplish it and graduate on time. Can't wait to see the class.
Thank you mom for supporting me so far, and also my dad, will always be my hero. Because of him I can be like what i am right now. A big thank too for my mom, who always until now give me her best cook.
I know the path to succes will not be easy, but if we invest from now, then we will never regret what we have in present.
What i learn now, i know will be very usefull for my future. And what I want is, all that i learn, all my knowledge can be use for other people too.

Annie

Senin, 19 Januari 2009

Next target

Jakarta, 20 Jan 2009

This January 2009, I just register online to 1 of the university in Jakarta to continue my school for Magister. I will enroll to Management study. Hope everything is going well and I can pass the interview. If I can accomplish this, it means that one of my dream come true. I can still write and give my all idea in the blog too. My own blog, where I have the freedom to write everything I want. No pressure from others.

I have to fight for my study and my job cos I'm doing this together. Hope everythings is going well.

Semangatttt

Ani

Rabu, 07 Januari 2009

The Hedonist

Reno, seorang laki2 yang sangat menikmati hidup. Hampir seluruh hidupnya mungkin dihabiskan untuk hura2. Di usia yang sangat muda, dia mungkin bisa di bilang badung, yang menurut dia kebadungannya itu masih hal yang wajar. Dia mungkin tipe petualang, sama seperti aku yang senang mencari dan belajar hal2 yang baru. Tapi aku masih mengenal batas2 yang wajar. Tidak dengan Reno, dia melabrak semua tradisi yang diajarkan oleh keluarganya. Lingkungan yang keras telah merubahnya jadi seperti itu. Mabuk dan kecanduannya akan wanita, sebagai pelampiasan di kala suntuk. Tapi aku menyukainya diam-diam. Dia tak pernah tahu perasaanku. Aku tak pernah menceritakan perasaanku padanya, karena aku tak ingin perasaan indah ini hilang pada saat dia tahu aku menyukainya.


Aku ingat saat kami melakukan perjalanan ke Sukabumi. Saat kami melakukan sebuah penelitian bersama. Hanya aku, Reno dan teman wanitanya, dan 1 orang bernama Angga. Aku dan Angga berteman baik, kami semua 1 almamater kecuali teman wanita Reno. Kala itu semua begitu sempurna direncanakan. Reno memegang kendali inova miliknya. Aku duduk manis dibelakang sambil memegang tas eiger ku yang berat. Aku hanya membawa beberapa potong pakaian, selebihnya adalah dokumen2 yang mungkin kubutuhkan. Aku melirik bawaan Reno, sekardus something yang entah apa isinya.

Kami tinggal di sebuah villa yang entah apa namanya. Yang pasti itu berlokasi di Sukabumi. Villa yang lumayan besar dan nyaman. Suasananya sangat sejuk dan hijau. Aku suka sekali nuansa hijau, mungkin karena aku suka sekali dengan alam, terutama di pedesaan. Di villa itu ada sebuah kolam renang kecil, dimana ada beberapa bangku untuk bersantai di sana.
Jalan masuk ke villa itu agak jauh. Didepan villa, ada sebuah taman yang besar. Bukan taman sebenarnya, tapi mirip sebuah lapangan yang di tumbuhi beberapa pohon rimbun. Tempat yang nyaman, pikirku. Reno pintar sekali memilih tempat ini. Juga tempat yang bagus untuk berpacaran.

Reno kebanyakan menghabiskan waktu bersama temen wanitanya, meskipun keberadaan kita di sana untuk penelitian. Aku tak tahu sejauh mana hubungan mereka, but I think something has happen between them mengingat gaya hidup Reno yang sangat bebas. Tapi itu bukan urusanku, meski aku ada hati dengannya.

Selama di Sukabumi, aku lebih banyak menghabiskan waktu membahas makalah dengan Angga. Dia setali 3 uang dengan Reno, mereka berteman dekat dan mereka sama-sama hedonis. Hanya Angga lebih punya batasan di banding Reno.
Bukannya aku menjauhkan diri dari kehidupan seperti itu. Ada saatnya aku juga butuh untuk bersenang-senang, tapi bukan dengan cara itu. Mabuk pulang pagi dan bergaul bebas. That's not the way. Aku punya cara yang ku pilih untuk menikmati hidup.

Aku tak pernah bisa akrab dengan teman wanita Reno. Membayangkan teman wanitanya itu menyentuh kulit Reno tiap detik saja aku sebal. 1 hal yang tak akan pernah membuat aku bersatu dengan Reno adalah prinsip kami. Atau mungkin kami memang bukan soulmate, dan tak pernah di takdirkan untuk bersama. Satu kalimat untuk menghibur hatiku. Dia bukan the one ku. The one yang aku cari selama ini.

Semua berubah setelah malam itu. Angga terlihat sedang membawa kardus yang dia bawa dari Jakarta. Mereka mengeluarkan isinya dan berteriak senang. Seperti anak kecil yang senang mendapatkan mainan baru. Mereka mengangkat tinggi ke udara botol Jack Daniels yang mereka bawa dari Jakarta. God, ternyata mereka berniat mabuk di sini. Reno dan Angga mulai membuat api unggun. Suasana makin malam makin dingin. Hmm... andai Reno memeluk aku. Ya ampun, apa yang aku pikirkan???
Angga mulai memetik gitar diiringi suaranya yang agak fals menurutku. Dia selalu bilang suaranya mirip Ikang Fauzi, menurutku dia mirip Ikan ku yang bernama Fauzi. Suasana makin malam, mereka mulai meneguk Jack Daniels. Aku memutuskan meninggalkan mereka dan tidur. Aku melirik teman wanita Reno yang menggelayut manja di dada Reno. So disgusting.... Atau aku sedang cemburu??

Pukul 3 dinihari, aku dikejutkan suara ribut diluar. Suara Reno dan Angga. Mereka terlihat sedang beradu argumen, entah karena masalah apa. Aku menghampiri mereka. Suasana mulai memanas dan mereka mulai saling memukul. Teman wanita Reno cuma bisa berteriak. Teriakan wanita manja yang tak bisa apa2 kurasa. Suasana tegang itu berakhir dengan Reno yang menarik tangan teman wanitanya dan beranjak pergi. Reno mengambil kunci mobilnya dan pergi. Ia meninggalkan aku dan Angga. Ini baru jam 3 dinihari. Aku yang khawatir tapi tak bisa mencegahnya pergi. Aku memutuskan tetap tinggal di sana bersama Angga, yang sekarang sedang merintih kesakitan karena bibirnya luka kena pukulan Reno. Kasihan dia.

Paginya aku pulang dengan Angga, balik ke Jakarta. Kami menggunakan angkutan umum karena mobil telah di bawa Reno. Keadaan Angga sudah cukup baik dan dia tetap tak mau menceritakan apa yang telah terjadi malam itu. Aku menghormati haknya untuk diam. Hanya mereka yang tahu permasalahannya dan aku cukup tahu dengan sikap keras kepala Reno.

Sampai di rumah aku lelah. Istirahat sebentar di gazebo dan tanpa sadar tertidur di situ. Reno belum memberiku kabar apapun. Mungkin dia telah sampai juga lelah.

1 Jam kemudian, aku menerima sebuah sms dari nomor yang tak ku kenal, yang mengabarkan Reno kecelakaan. Dia memberikan ku alamat rumah sakit yang terletak di Jakarta Pusat. Aku segera mengambil jaket dan meluncur ke sana. Mama hanya melihatku dengan pandangan heran.

Tidak sulit menemukan rumah sakit itu, karena rumah sakit itu salah satu rumah sakit elit di sana. Dan tak sulit pula menanyakan kamar Reno di rawat karena aku tahu Reno salah satu penghuni kamar VIP di sana. Itu memang style dia, seorang borju yang hedonis.
Seorang dokter keluar bersama seorang ibu. Aku tahu, itu mamanya Reno. Gayanya yang aristokrat sangat kentara. Aku sering bertemu dengannya beberapa kali saat berkunjung ke rumah Reno. Kini dia menangis dan meratapi nasib anak kesayanyanya. Dia memelukku. Dengan suara lirih, dia bilang Reno bakal buta seumur hidup. Kecelakaan itu telah menyebabkan banyak pecahan kaca masuk ke matanya, merusak retina matanya.

Aku sedih, karena aku juga menyayanginya. Aku mencintainya dan aku ikut merasakan apa yang dia rasakannya. Aku menghampiri kamarnya dan melihat dia tergolek lemah di sana. Dia tersenyum getir meski matanya masih tertutup perban. Bahkan pelukanku pun tak bisa menyembuhkan perasaanya yang terluka. Teman wanitanya telah meninggalkannya saat dia tahu matanya buta.

By Ani

Kamis, 01 Januari 2009

Bila ....

1 Jan 2009

Awal yang baru.

Bila manusia bisa memutar balik waktu, mungkin kita tak akan berbuat hal yang sia-sia
Bila kita bisa meminta hal yang kita inginkan, mungkin tak akan pernah ada lagi kata berjuang
Bila kita bisa meminta semua terkabul, mungkin tak akan ada lagi usaha keras

Bila dan bila....
Hmmm... 2009 banyak yang gw mau. Bisa nulis lagi, bisa lanjutin skul lagi, bisa kejar target wat side job gw hehehe, bisa travelling lagi, kerjaan beres, bisa hmmm banyak lah.

Ayo semangat... berjuang lagi. Jangan patah semangat.
Dari semangat dan berjuang itu kita bisa merasakan hidup yang sebenernya.

Ani